“Talassa Kamase-masea”. Ilmu hidup yang sebenarnya.

Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi-Selatan, Indonesia.

Ketika menyebut kata “kajang” , tanpa berfikir dua kali masyarakat ataupun penduduk Bulukumba akan menarik memori tentang Kajang. Taukah apa yang pertama kali terlintas? Masyarakatnya yang memakai pakaian serba hitam dan masih memegang prisip hidup tradisional yaitu “talassa kamase-masea” (hiduplah dengan sederhana).

15

Tidak hanya penduduk suku Kajang yang memakai baju hitam, siapapun yang ingin berkunjung, baik sekedar meliput ataupun mencari informasi mengenai suku ini, diwajibkan untuk berpakaian hitam, mulai dari celana, baju, jilbab dan sepatu. Kita juga akan mendapatkan kesempatan untuk memakai pakaian khas ini jika melaporkan diri ke kepala desa setempat sebagai pengunjung Kawasan Adat Ammatoa.

Suku Kajang merupakan salah satu suku tertua di Indonesia. Kajang sendiri terbagi 2, yaitu Kajang luar dan Kajang dalam. Kajang luar merupakan wilayah Kajang yang telah bersahabat dengan modernisasi sedangkan Kajang dalam adalah wilayah Kajang yang mempertahankan sistem ketatanan masyarakatnya yang lebih dikenal dengan “Pasang ri Kajang”.

Terbaginya wilayah Kajang ini bukan berarti perpecahan adat dan budaya. Ibaratnya, Kajang luar merupakan bagian eksternal Kajang dan Kajang dalam sendiri bagian internalnya. Jika selama ini kita mengenal hanya dua bahasa daerah di Sulawesi-Selatan, yaitu Bugis dan Makassar, lalu Kajang menggunakan bahasa apa?

Dalam kehidupan sehari-harinya, suku Kajang menggunakan bahasa Makassar, tapi jangan heran jika banyak kata dari mereka tidak sama persis dengan bahasa Makassar karena dialek yang mereka gunakan merupakan dialek Konjo sehingga lebih dikenal dengan bahasa Konjo.

Pemangku adat suku ini bergelar “Ammatoa” yang berarti orang yang dituakan. Hadirnya Ammatoa yang dipercaya oleh masyarakat Kajang sebagai orang pertama yang diturunkan oleh Turiek Akrakna ke dunia dan bertempat pertama kali diturunkan adalah tempat mereka berdiam sekarang dan mereka percaya bahwa orang pertama tersebut diturunkan pertama kali sama seperti dengan nama tempat diturunkannya yaitu Tana Toa ( tanah Tertua).

Orang pertama tersebut bukan hanya sebagai orang pertama yang hadir di Suku Adat Ammatoa tetapi dipercaya juga sebagi orang yang hadir pertama kali di dunia. Turiek Akrekna maksudnya adalah yang menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi, secara umum kita kenal sebagi Tuhan, Allah SWT dalam islam. Ammatoa inilah yang menyebarkan segala pesan ke masyarakatnya dan hingga hari ini dapat diwariskan walaupun ada sedikit pergeseran.

18

Secara harfiah, tallassa kamase-mase berarti hidup memelas, hidup apa adanya. Memelas, dalam arti bahwa tujuan hidup warga masyarakat Kajang menurut pasang adalah semata-mata mengabdi kepada Turek Akrakna.Prinsip tallasekamase-mase,berarti tidak mempunyai keinginan yang berlebih dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk makan, maupun dalam kebutuhan pakaiannya. Dengan cara yang demikian, maka keinginan mendapatkan hasil berlebihan dari dalam hutan dapat dihindari, setidak-tidaknya dapat ditekan seminimal mungkin, sehingga hutan tidak terganggu kelestariannya (Salle, 2000).
Hidup sederhana bagi masyarakat Kajang adalah semacam ideologi yang berfungsi sebagai pemandu dan rujukan nilai dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Secara lebih jelas tallassa kamase-mase ini tercermin dalam pasang sebagai berikut:

  • Ammentengko nu kamase-mase, accidongko nu kamase-mase, a‘dakkako nu kamase-mase, a‘meako nu kamase-mase artinya; berdiri engkau sederhana, duduk engkau sederhana, melangkah engkau sederhana, dan berbicara engkau sederhana.
  • Anre kalumannyang kalupepeang, rie kamase-masea, angnganre na rie, care-care na rie, pammalli juku na rie, koko na rie, bola situju-tuju.Artinya; Kekayaan itu tidak kekal, yang ada hanya kesederhanaan, makan secukupnya, pakaian secukupnya, membeli ikan secukupnya, kebun secukupnya, rumah seadanya (Restu dan Sinohadji, 2008)
  • Jagai lino lollong bonena, kammayatompa langika, rupa taua siagang boronga.Artinya; Peliharalah dunia beserta isinya, demikian pula langit, manusia dan hutan.Pasang ini mengajarkan nilai kebersahajaan bagi seluruh warga masyarakat Kajang, tak terkecuali Ammatoa,pemimpin tertinggi adat Kajang. Hal ini dapat dipandang sebagai filosofi hidup mereka yang menempatkan langit, dunia, manusia dan hutan, sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam suatu ekosistem yang harus dijaga keseimbangannya. Manusia hanyalah salah satu komponen dari makro kosmos yang selalu tergantung dengan komponen lainnya. Untuk itu, dalam berinteraksi dengan komponen makro kosmos lainnya, manusia tidak boleh bertindak sewenang-wenang karena akan merusak keseimbangan yang telah tertata secara alami (Salle, 2000).

Dari mereka kita belajar, hidup sederhana mungkin dan sesahaja mungkin. Dan saya beruntung sekali terlahir dari keturunan suku Kajang.

Sumber:

1. http://fatjrint.blogspot.com/2013/05/suku-adat-ammatoa-kajang-kab-bulukumba.html

2. https://yusufrina.wordpress.com/tag/suku-kajang-ammatoa/

4 respons untuk ‘“Talassa Kamase-masea”. Ilmu hidup yang sebenarnya.

  1. muhajir berkata:

    Kurang luas wawasanta bos mengenai bahasa daerah yang ada di sulsel masak cuma dua..?? sya mau bertanya suku toraja masih bagian dari sulsel tidak,..??? trus bahasa yang mereka gunakan bahasa apa..?? jangan berani mengklaim sesuatu klau belum mengetahui kepastiannya…!!!!!

    Suka

Tinggalkan Balasan ke muhajir Batalkan balasan